Opini/Artikel

Bersatu Kita Teguh:Sedekah Pohon (19)

Malam Nuzul Qur’an kemarin sempat pulang kampung, Bone. Tujuannnya memenuhi perintah Bapak Pj. Gubernur untuk ikut berpartisipasi pada peringatan Nuzul Qur’an yang dipusatkan di Kabupaten asal saya. Saya berceloteh di depan para pejabat dan warga tentang pentingnya berbagi. Temanya juga kebetulan tentang “Bahagia Berbagi.” Saya menyinggung keajaiban yang dialami banyak orang dari kebiasaan mereka berbagi. […]

Bersatu Kita Teguh:Sedekah Pohon (19) Read More »

Bersatu Kita Teguh: Spirit Persatuan dari Group WA (18)

Kali ini saya menerima “gangguan” dari seorang aktifis ulama perempuan, Nyai Badriyah Fayumi, untuk mencermati lebih jauh satu tradisi masyarakat Indonesia yang bisa disebut sebagai modal sosial, “modal ngumpul,” “makan gak makan asal kumpul.” Namun Nyai Badriah ingin melihatnya dari perspektif yang lebih positif. Karena menurutnya model kumpul masyarakat kita justeru bisa menjadi penguat integrasi

Bersatu Kita Teguh: Spirit Persatuan dari Group WA (18) Read More »

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN SEJARAH (10)

Pilihlah sahabat yang mampu membawa prospektif ke depan. Sejak kecil saya berusaha bersahabat yang menurut saya bisa membimbing ke arah lebih positif tanpa memandang firqah keagamaan yang dianut. Karena itu berbagai kajian saya ikuti, mulai PII, SEPMI, IPNU, IPM. Berpikir secara positif, selalu ada rezikonya, apalagi berpikir negatif. Suatu ketika teman-teman NU, mengetahui bahwa saya

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN SEJARAH (10) Read More »

Bersatu Kita Teguh:30 Juz atau Juz 30? (17)

Saya jeda dulu sementara mengulas modal sosial, secara umum. Saya mengajak mencermati modal sosial yang lebih spesifik dan unik, “modal hafalan”, sekaligus sebagai serba-serbi memperingati Nuzul Qur’an. Apa masih ingat bagaimana cara anda mulai belajar membaca al-Qur’an? Guru mengaji saya di kampung membakarkan potongan lembar Qur’an dan abunya dicampur ke air, dan diminum sampai habis.

Bersatu Kita Teguh:30 Juz atau Juz 30? (17) Read More »

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGi SEJARAH (9)

Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya hendaknya mengingatkan sebuah hadis Nabi bahwa ini adalah pelajaran sejarah yang perlu dipertimbangkan mana yang segera diambil sebagai pelajaran dan mana yang tidak perlu, mengingat kita sedang berada dalam sebuah dinamika perubahan yang terus-menerus, sedang dalam ilmu sejarah mengajarkan sejarah penguasa. Artinya, sejarah masyarakat Pambusuang selama ini tidak lebih adalah

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGi SEJARAH (9) Read More »

Bersatu Kita Teguh: (16)

Masih tentang tiga ujung. Saya memulai dengan menetralkan ketabuan, khususnya saat mendiskusikan salah satu dari filosofi “tiga ujung”. Saya mengutip untaian sastrawan kawakan kita yang bait-baitnya banyak menyisir budaya Bugis Makassar, Kyai Zawawi Imron: “Di antara 3 ujung itu ada satu materi yang tabu untuk disebut dan diucapkan, tapi karena sudah naik ke ranah filsafat,

Bersatu Kita Teguh: (16) Read More »

Bersatu Kita Teguh: Filosofi Tiga Ujung (15)

Edisi subuh ini saya meneruskan respon panjang dari Sosiolog senior Universitas Hasanuddin, Prof. Tahir Kasnawi, tentang modal Sosial. Respon Prof. Tahir meluruskan ragam modal sosial yang saya ulas, yang mungkin dilihatnya sudah “ke sana ke mari.” Perspektif Prof. Tahir juga berbasis pada kearifan lokal yang menjadi tugas setiap warga lokal untuk melestarikannya. Mari kita ikuti:

Bersatu Kita Teguh: Filosofi Tiga Ujung (15) Read More »

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (7)

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1986 sudah menggariskan sebuah kaidah sebagai pedoman hidup dalam beragama bahwa semua mazhab, aliran, dan organisasi dalam Islam sepanjang secara tulus berpegang pada al Quran dan hadis sebagai premis utama, mereka itu adalah saudara sesama muslim yang tidak bisa dikeluarkan dari Islam, sekali

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (7) Read More »

Bersatu Kita Teguh:Jejaring dan Mobil Mogok (14)

Apakah betul saya sudah kaya secara jejaring, modal sosial yang saya eluk-elukkan? Izinkan saya bercerita sedikit, semoga anda sabar membacanya. Kejadiannya tiga hari lalu. Setelah turun dari pesawat di Cengkareng bersama Wakil Rektor Akademik kami, Prof. Kamal, kami menaiki taksi menuju sebuah hotel. Situasinya hujan dan banyak genangan air di jalan. Saya mencoba memanfaatkan situasi

Bersatu Kita Teguh:Jejaring dan Mobil Mogok (14) Read More »

Bersatu Kita Teguh:Jangan Mati sebelum Berjejaring (13)

Saya melanjutkan ulasan tentang modal jejaring. Sedikit “gemas” karena mendapat respon “pedas”. Pertama, sanggahan dari Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi perguruan tinggi saya, Prof. Rasyid Masri. Pak Dekan ini ahli Sosiologi Dakwah. Dia juga memiliki insting bisnis yang bagus. Menurutnya, kalau harus memilih, dia tetap mendahulukan modal harta. Alasannya, modal harta berupa uang selalu bisa

Bersatu Kita Teguh:Jangan Mati sebelum Berjejaring (13) Read More »

Scroll to Top